Menengok Sejarah Di Kompleks Candi Dieng



Komplek Candi hindu tertua merupakan salah satu destinasi utama di kawasan Dieng Plateau,beberapa candi dari wangsa Sanjaya ini terletak di central Dieng Plateau,tepatnya di Dua buah kecamatan yakni kecamatan Kejajar dan kecamatan Batur.di kecamatan Kejajar terdapat situs petirtaan Bima Lukar dan Watu Kelir,dan di kecamatan Batur terdapan komplek Percandian yang terdapat pada empat kompleks Candi.
   Kompleks percandian Dieng ini terdapat di beberapa sudut kawasan Dieng Plateau,yang berada di area situs purbakala dengan luas mencapai 90,737 ha. Yang terbagi dalam empat kompleks candi yang terpisah,diantaranya komplek Candi Arjuna,komplek Candi Gatut kaca,Candi Bima serta Candi Dwarawati.namun diantara keempat komplek candi diatas jika di hitung baru sembilan buah candi yang masih berdiri itupun salah satunya masih dalam proses pemugaran.
    Situs percandian dieng terletak di ketinggian 2.093 mdpl. Situs ini terdiri dari berbagai gugusan percandian yang masing-masing memiliki keunikan dan kekhasan yang dimiliki candi-candi di Dieng.
    Kompleks Candi Dieng rupanya bukan merupakan Candi yang didirikan oleh raja tertentu untuk persembahan kepada seseorang tokoh tertentu,seperri halnya candi sewu dan candi prambanan.dari 13 prasasti yang ditemukan di sekitar kompleks candi ternyata tidak menyebut Kompleks Candi Dieng sebagai candi persembahan seorang raja,namun sebagai bangunan yang didirikan pada masa Indonesia-Hindu,dan tidak lepas dari pengaruh kerajaan sebagai pusat pemerintahan.
     komplek Candi Dieng merupakan salah satu Candi-candi di Jawa Tengah yang telah lama tidak dikenal.Setelah lebih dari sepuluh abad sejak masa pendirianya,candi-candi tersebut terungkap kembali pada masa Pemerintahan Hindia Belanda abad 18. Sampai saat ini ada sembilan buah candi yang berdiri tegak yakni Candi Argjuna,Candi Semar,Candi Srikandi,Candi Puntadewa,Candi Sembadra,Candi Gatutkaca,Candi Setyaki,Candi Bima dan Candi Dwarawati.dengan konsep bangunan khas dan tersebar di kawasan Dieng Plateau.

Sumber    :     Dinbudpar Bna

Komentar

Postingan Populer